Senin, 06 Juli 2009

Indonesiana…Pilpresiana..

Oleh Fifi Fiana
Cinere, 7 Juli 2009

Hari ini kurang dari 24 jam ke depan kita akan sama-sama melakukan hak pilih kita untuk memilih Presiden Republik Indonesia tercinta ini. Terlepas dari pro dan kontra yang ada selama kita masih mau tinggal di bumi Indonesia, selama kita termasuk stake holder di negara Indonesia dalam arti sekecil apapun, terlebih jika secara nyata kita memegang Kartu Tanda Penduduk Indonesia dan atau Passport Indonesia, selayaknya kita memakai hak pilih kita sebagai warga Negara Indonesia. Jangan kita hanya ingin mengisap “madu”dari bumi Indonesia, tanpa mau memberikan hak suara kita sebagai warga Negara. Jika kita hanya senang mengisap “madu”, maka kita juga harus siap suatu saat menanggung resiko bahwa anak keturunan kita nantinya kehilangan makna dari kebanggaan menjadi warga Negara atas suatu Negara berdaulat Republik Indonesia.

Dalam masa kampanye calon Presiden Republik Indonesia (calpres RI), saya termasuk satu diantara sekian warga Negara yang tidak berkeinginan mendengarkan isi kampanye tersebut. Karena secara sudut pandang saya, hal yang wajar jika dalam batas-batas tertentu seorang calpres RI sedikit mengumbar janji, hal yang manusiawi karena “Ia” ingin terpilih sebagai Presiden RI. Mengenai realisasi komitmennya,kita bicarakan nanti. Saya sendiri yakin, banyak warga Negara Indonesia lainnya yang berperilaku seperti saya, karena hal tersebut saya lihat di siaran televisi dalam perjalanan pulang dari kantor. Banyak warga Negara yang lebih asyik menuntaskan makan siang dan atau makan malamnya dibandingkan mendengarkan debat atau pun pidato calpres RI.

Hal yang menarik menurut saya ada dua hal yaitu:
- Seberapa jauh pemahaman setiap warga Negara yang telah memiliki hak pilih tentang pemahaman posisi Presiden bagi Negara Indonesia. Karena di Indonesia siapapun yang terpilih, ia tidak hanya sebagai Presiden yang menjalankan fungsi kepala pemerintahan, akan tetapi ia juga akan menjadi seorang kepala Negara. Secara sederhana dan dengan bahasa yang sangat awam, maka Presiden Indonesia akan merupakan “brand image sekaligus brand ambassador” Negara kita Indonesia, di mata rakyatnya dan di mata dunia.

- Seberapa jauh pemahaman para calpres RI akan UUD 45 dan Pancasila sebagai landasan hidup bangsa Indonesia? Karena kasus industri strategis migas seperti masalah harga gas, kasus blok Ambalat dll serta sistem pendidikan Indonesia yang carut marut, termasuk yang disebutkan di dalam salah satu pasal UUD 45 dan Pancasila. Saya pribadi tidak dapat berkomentar banyak mengenai ini, karena hanya 1-2 pidato dan atau debat calpres RI yang saya lihat melalui layar televisi dan itu pun tidak sampai tuntas.

Mengapa tulisan ini saya beri judul Indonesiana..Pilpresiana…karena saya yakin tidak semua warga Negara memahami fungsi seorang presiden bagi Negara Republik Indonesia. Karena itu saya tulis sebagai Indonesiana….., kemudian jika (karena saya tidak melihat langsung pidato dan debat calpres RI) mempolitisir industri strategis Indonesia dan dunia pendidikan Indonesia…atau janji-janj lainnya yang belum tentu dapat terealisasi dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan..mengelitik hati saya untuk mengatakan Pilpresiana….

Hal yang paling menarik, ketika pada pemilu legislatif, saya pergi berlibur dengan keluarga, karena kekecewaan saya dalam mengurus kartu pemilih, lain lagi yang terjadi dengan pilpres RI yang akan dilaksanakan pada hari rabu 8 Juli 2009. Ketika saya menonton televisi sekitar 2 (dua) hari yang lalu, dimana ada parpol yang mengatakan banyak data DPT yang tidak benar, hati kecil saya mengatakan..wajar..jika ketika kita berada pada posisi tidak aman, kita akan berteriak. Ternyata, sebagai warga Negara dan manusia biasa, SAYA SALAH. Karena apa yang dikhawatirkan beberapa parpol adalah benar adanya, hal ini terjadi pada diri saya sendiri. Saya mendapatkan 2 (dua) kertas undangan sebagai pemilih. Saya menjadi bingung,karena itu terjadi untuk 2 (dua) propinsi yang berbeda. Padahal, kami sekeluarga telah menjalankan prosedur yang benar sejak akhir April/awal Mei 2009, kami mengurus untuk menumpang memilih pilpres RI di suatu daerah tertentu, katakanlah kota A. Ternyata apa yang terjadi, benar bahwa surat undangan memilih calpres RI kami terima dari kota A, akan tetapi di sisi lain, saya sebagai salah satu anggota keluarga dalam KK yang dikepalai oleh suami saya,masih menerima undangan sebagai pemilih pilpres RI dari kota B, tempat secara legalitas warga Negara kami berada. Di sisi lain suami saya tidak lagi menerima undangan memberikan hak pilih pada pilpres RI 2009.
Kejadian yang saya alami ini, menjadikan saya salah satu saksi sejarah pilpres RI 2009 adanya DOUBLE DPT yang tidak sempat diperbaiki oleh KPU. Sedangkan ribuan mungkin jutaan warga Negara lainnya yang mempunyai hak pilih tidak dapat memakai hak pilihnya karena tidak menerima undangan untuk memberikan suaranya dalam pilpres RI 2009 ini.

Salah satu kejadian di depan mata saya lainnya yaitu mereka yang sedang bepergian ke luar negeri atau luar daerah. Secara sederhana dalam kaca mata saya sebagai warga Negara RI, seharusnya hal tersebut dapat tertangani. Seharusnya sejak 9 April 2009, setiap warga Negara RI yang bepergian ke luar negeri ditanyakan kapan akan kembali dan akan berada dimana mereka pada tanggal 8 Juli 2009. Jika ternyata mereka berada di luar negeri, maka seharusnya pada saat melewati meja imigrasi, warga Negara RI tersebut dapat diberikan surat undangan pilpres RI 2009 dan dinformasikan tempat pilpres R di kota dan negara tempat mereka bepergian. Tapi..lagi-lagi ini adalah Indonesiana…Pilpresiana..Salah satu anak teman saya mengalami hal ini karena sejak bulan Juni 2009 yang lalu pergi berlibur ke Negara adidaya Amerika Serikat dan baru akan kembali ke Indonesia pada minggu ke-4 bulan Juli 2009. Jika generasi muda Indonesia sudah tidak terikat dengan komitmen kebangsaan dan politik Indonesia, bagaimana kita akan mencapai lompatan yang tinggi dari suatu kemajuan bangsa,lagi-lagi ini hanyalah sebuah pemikiran sangat sederhana dari seorang warga Negara RI.

Apapun semboyan calpres RI 2009: Ekonomi Kerakyatan; Lanjutkan dan Lebih Cepat Lebih Baik, semuanya pasti ada nilai baik-buruknya, semuanya pasti ada unsur mimpi yang ingin direalisasikan..semuanya pasti tak akan terlepas dari kepentingan-kepentingan. Teror sms (saya katakana terror karena saya tak kenal siapa pengirim sms) kepada saya sejak minggu malam menunjukkan 2 diantara 3 calon pilpres RI dan team sukses nya melakukan hal yang manusiawi (paling tidak di mata mereka) untuk memenangkan kesempatan 5 tahun yang ada di depan mata mereka. Hanya satu calpres RI dan team suksesnya, yang paling tidak untuk saya pribadi tidak mengirimkan terror sms. Walaupun dari 2 pidato dan atau debat calpres RI, terkesan calpres RI yang satu ini seperti kurang diperhitungkan.

Pada akhirnya menyambut hari pemberian suara pada pilpres RI 2009, sebagai warga Negara RI, saya hanya bisa berdo’a:
- Ya Allah berikan kami Presiden yang memberikan asa kepada Negara dan bangsa Indonesia bahwa kita bisa jalan ke arah continous improvement yang positif dan bukan hanya untuk kepentingan kelompok.
- Ya Allah berikan kami Presiden yang memberikan perhatian sangat besar dan serius kepada dunia pendidikan, tanpa harus menjual semboyan sekolah gratis. Karena jika sekolah gratis, maka tidak hanya biaya SPP yang gratis, akan tetapi alat-alat tulis,pakaian seragam, alas kaki, biaya transportasi ke sekolah dll tentunya harus gratis juga. Kemajuan dunia pendidikan akan memberikan dampak positif bagi bangsa dan Negara Indonesia 30 tahun ke depan.
- Ya Allah, jika Presiden terpilih dan teamnya, ternyata bukanlah individu-individu yang amanah, bukakanlah itu kepada kami warga Negara RI, karena kami menggunakan hak pilih kami untuk kebaikan bangsa dan Negara Indonesia. Berikanlah mereka peringatan yang paling adil menurut ukuran Mu ya Allah.
- Ya Allah, jika Presiden terpilih bukanlah seorang pemersatu bangsa, berilah kesadaran padanya nantinya bahwa fungsi pemersatu bangsa merupakan salah satu amanah dari para pemilih calpres RI 2009.

Tulisan ini hanya sebagai ungkapan perasaan saya sebagai seorang warga negara, apa yang terjadi pada saya secara teori statstik sample random sampling maupun correlation factor tentunya belum dapat mewakili apa yang terjadi pada masyarakat dan warga negara Indonesia lainnya. Akan tetapi paling tidak, untuk mengingatkan teman-teman semua, bahwa ketika akan memilih bacalah do’a sesuai keyakinan agama kita masing-masing, karena hak suara yang kita berikan berjangka waktu 5 (lima) tahun ke depan bagi Negara RI. SAtu hal lagi…jangan harapkan perubahan terjadi seperti negeri 1001 malam. Perubahan ke arah yang baik memerlukan waktu, komitmen, kerja keras dan kejujuran, amiin.