Sabtu, 23 Januari 2010

Bapak Arifin Panigoro yang saya kagumi

Oleh: Fifi Fiana (Fiana B. Soegondo)
Cinere, 24 Januari 2010
Posting: fififiana@blogspot.com and face book: fifi fiana

Hari ini banyak orang mengenal nama Bapak Arifin Panigoro – beliau terkenal sebagai salah satu anak bangsa yang berhasil. Jika orang berbicara tentang MedcoEnergi group ataupun PT Medco Energi Internasional Tbk, ataupun nama-nama anak perusahaan yang memakai unsur nama Medco atau MedcoEnergi, maka asosiasi banyak orang selalu langsung kepada beliau – Bapak Arifin Panigoro.

Beberapa hari yang lalu, saya menerima undangan dari Institut Teknologi Bandung (“ITB”), ketika saya buka undangan tersebut ternyata isinya adalah undangan pemberian gelar Doktor Kehormatan dari ITB kepada Bapak Ir. Arifin Panigoro. Walaupun saya berniat ingin hadir, tentunya tetap sebagai seorang istri saya harus meminta izin dan mengajak suami saya pergi bersama menghadiri acara tersebut. Terlebih saya tahu, ketika undangan tersebut saya terima suami saya sedang berada di Bali untuk keperluan dinas dan baru akan kembali hari Jum’at malam atau Sabtu pagi. Akan tetapi, hati kecil saya mengatakan lain, saya yakin suami saya akan mengatakan ‘ya’ untuk hadir di acara tersebut. Alhamdulillah, akhirnya suami saya dapat memberikan konfirmasi, bahwa ia dapat mempercepat urusan pekerjaannya dan berjanji hari Jum’at sore sudah berada di Jakarta. Walhasil, saya sibuk menyiapkan pakaian setelan jas dan baju batik untuk dipakai oleh suami saya dan kebaya untuk dipakai oleh saya sendiri.

Jum’at sore, saya mencoba menelepon mbak Cisca yang lebih dari 20 tahun terakhir melayani pak Arifin Panigoro sebagai sekretaris atau menurut pendapat saya lebih tepat disebut sebagai ‘Personal Assistant’ Bapak Arifin Panigoro untuk melakukan rekonfirmasi tentang pakaian yang harus digunakan. Sangat disayangkan beberapa kali saya mencoba menelepon tidak berhasil, akhirnya saya memutuskan menelepon mbak Dessy Mona – sekretaris Bapak Hilmi Panigoro, yang memberikan konfirmasi kepada saya bahwa pakaian yang harus dikenakan adalah Jas untuk lelaki dan kebaya untuk perempuan.

Jum’at malam kami sudah berada di Bandung, kami langsung istirahat untuk memastikan pada Sabtu pagi kami tidak akan telat tiba di ITB, mengingat saya harus mengenakan kebaya dan datang lebih pagi. Alhamdulillah hari Sabtu 23 Januari 2010, jam 7.50 pagi,kami telah tiba di parkiran aula barat ITB, dan langsung masuk menuju aula barat tempat upacara pelaksanaan pemberian gelar Doktor Kehormatan akan dilaksanakan.

Kebetulan sekali, saya dan suami duduk di sebelah seorang alumni ITB, dari obrolan sebelum dimulainya acara, saya terkaget-kaget mendengar penjelasan alumni ITB tersebut, bahwa ITB sangat sulit memberikan gelar Doktor Kehormatan. Didorong rasa penasaran, akhirnya saya membuka kantong kertas yang diberikan panitia dan diletakkan di setiap kursi undangan, yang isinya buku yang berisikan teks pidato ilmiah pak Arifin Panigoro dengan judul “berbisnis itu tidak mudah” dan buku tentang proses pemberian gelar Doktor Kehormatan tersebut. Satu hal yang luar biasa adalah dalam kurun waktu 60 (enam puluh) tahun terakhir hanya 7 (tujuh) orang yang diberikan gelar Doktor Kehormatan oleh ITB dimulai dengan pemberian gelar Doktor Kehormatan kepada Bung Karno – presiden pertama RI; dilanjutkan kepada Dr. Ir.Sediatmo (jika kita melewati toll ke arah Priok – anda akan melihat nama ini); Prof Dr. Ir. J. Rooseno yang sangat terkenal; Dr Soetardjo Sigit; Dr. Ir. Hartarto Sastrosoenarto (salah satu menteri di era presiden Soeharto) dan Prof Dr Emil Salim yang sangat terkenal sebagai salah satu tokoh lingkungan hidup. Tiba-tiba bulu kuduk saya berdiri, antara rasa bangga, terharu dan lain sebagainya.
Pernyataan beliau bahwa penganugerahan gelar Doktor Kehormatan yang diberikan ITB sebenarnya tidak hanya ditujukan kepada dirinya, akan tetapi juga kepada mereka yang telah memlih berkontribusi kepada masyarakat melalui kegiatan inovatif dengan mendirikan dan mengembangkan usaha yang mandiri. Menunjukkan sikap ‘orang besar’ yaitu orang yang dapat menghargai orang lain bahwa dengan secara tidak langsung (dalam perseps saya), beliau ingin menyampaikan bahwa tidak hanya seorang Arifin Panigoro yang dapat berkontribusi bagi negara tercinta RI ini, tapi juga banyak orang lainnya yang telah melakukan hal yang sama, selain itu pak Arifin juga ingin menyampaikan terima kasih kepada seluruh team yang membantunya selama ini.

Dalam pidato penutupan pun, Rektor ITB menyampaikan bahwa upaya mengusulkan gelar Doktor kepada Ir. Arifin Panigoro dimulai sejak 6 (enam tahun yang lalu). Hal ini membuktikan bahwa memang tidak mudah menjadi orang pilihan mendapatkan gelar tersebut dari ITB.

Hampir 20 tahun bergabung bersama MedcoEnergi group, dimulai dengan perusahaan pengeborang minyak, yang kemudian melakukan IPO dan berkembang kepada banyak usaha lainnya, secara pribadi saya kenal beberapa anggota keluarga pak Arifin dan beberapa teman maupun kolega bisnis beliau, yang ternyata dalam acara penganugerahan gelar Doktor Kehormatan tersebut saya bertemu dengan mereka semua. Sebagian besar saya sempat bertegur sapa secara langsung akan tetapi sebagian lainnya tidak. Yang secara langsung sempat bertegur sapa langsung adalah ibu Yani Rodyat, pak Yunar Panigoro; Bpk Dedi Panigoro; dr Sony Panigoro dan istrinya (keeempatnya adalah adik kandung pak Arifin), lalu Bapak Bambang W. Sugondo, ibu Ade Indira Soegondo, Bapak dan Ibu Askar Kartiwa, (para ipar pak Arifin). Teman-teman dan kolega bisnis pak Arifin antara lain, Ginekolog Winahyo (dokter Awo), pak Wangky, pak Hertriono Kartowisastro, mbak Cisca, pak Winarno dan istri, tante Ida Djuarsa, pak Farid Rahman, pak I Gde Raka, CEO MedcoEnergi, para Direksi serta senior Manager di Lingkungan MedcoEnergi, para birokrat, dll…dll…dll.. Melihat beraneka ragam undangan yang hadir, menunjukkan bagaimana pak Arifin menghargai mereka yang ada di sekelilingnya selama ini.

Selesai acara kami pindah ke aula timur ITB, di tempat itulah kami bisa mengucapkan selamat kepada beliau. Satu hal yang sangat luar biasa setelah 10 tahun terkahir saya secara pribadi tidak bekerja dalam situasi yang berdekatan dengan beliau, beliau tetap mengingat saya dimana secara spontan ketika melihat saya beliau mengatakan “Hai Fi apa khabarnya?? Terima kasih ya..sudah datang ke Bandung hari ini.” Kata-kata yang singkat, tapi rasanya sebagai salah satu pegawai di lingkungan MedcoEnergi group saya merasa seperti mendapatkan air yang sejuk. Betapa dengan sosok besar beliau, beliau masih mengingat saya dan suami saya yang menurut ukuran saya pribadi, saya bukan siapa-siapa dan saya hanya seorang pekerja biasa di lingkungan MedcoEnergi group.

Dalam perjalanan pulang ke Jakarta, saya seperti melihat kilasan balik kebaikan beliau kepada saya secara pribadi, yang mungkn beliau sendiri tidak ingat akan hal itu saat ini. Saya ingat ketika bulan April 1992 saya mengirimkan surat pengunduran diri kepada beliau dan pak Hertriono Kartowisastro, beliau menelepon ke rumah untuk memanggil saya datang ke kantor dan menyelesaikan permasalahan dengan perusahaan dan meminta saya kembali bekerja.
Hal lainnya ketika saya berhasil negosiasi skema pembayaran kepada salah satu vendor PT Apexindo Pratama Duta (“Apexindo”) untuk pembayaran tagihan senilai hampir 1 juta USD, dimana kejadian sebenarnya saat itu, semua orang menghindar menerima telepon dari vendor di Singapura tersebut. Akan tetapi karena saya hanya staff biasa saat itu, maka saya harus menerima telepon dari vendor tersebut. Tanpa berpikir panjang, saat itu saya hanya mengatakan bahwa Apexindo tidak mempunyai uang sebanyak itu, akan tetapi bila boleh membayar dengan cara mencicil 6 s/d 8 kali pembayaran, kami yakin bisa. Akhirnya vendor tersebut mengirim fax dengan merujuk kepada pembicaraan dengan saya bahwa setuju untuk Apexindo mencicil, akan tetapi dikenakan bunga LIBOR + x%. Skema tersebut disetujui oleh Direksi saat itu, termasuk pak Arifin Panigoro. Tanpa diduga oleh saya, suatu hari saya dipanggil oleh Direksi, saat itu ada pak Arifin Panigoro, pak Hertriono Kartowisastro, pak Sugiharto (mantan Menteri BUMN) dan pak Darmoyo Doyoatmojo (CEO MedcoEnergi saat ini), lalu mereka mengucapkan terima kasih atas upaya positif yang telah saya lakukan bagi perusahaan, dan saya diberikan 1 (satu) buah amplop putih. Dimana ketika saya buka, ternyata sebuah check tunai dengan nilai yang luar biasa besarnya saat itu (jika tidak salah ingat nilainya 7.5 juta rupiah).

Kejadian lainnya adalah ketika saya akan menikah dan menyampaikan undangan kepada beliau, saat itu beliau bertanya “kamu mau hadiah apa fi?” Saat itu, jangankan berpikir minta hadiah, duduk berhadapan dengan beliau saja, membuat hati saya ciut, sehingga saya menjawab “Bapak dan Ibu datang ke pernikahan saya saja, sudah merupakan kehormatan besar untuk saya.” Anda tahu apa yang dikatakan beliau saat itu “kamu bodoh fi,kalau saya – pasti akan menjawab rumah atau apapun. Saya minta maaf tidak akan dapat hadir karena pada tanggal yang sama saya harus ke luar negeri, tapi saya pastikan istri saya datang, dan ini hadiah dari saya – yang tentunya nanti istri saya akan memberikan juga hadiah untuk kamu.” Sambil berbicara seperti itu, beliau menulis sebuah check. Lagi-lagi saya ‘shock’melihat nilai checknya. Selain itu di kemudian hari saya mengerti maksud kata-kata bodoh yang dlontarkan pak Arifin, yaitu dengan maksud bahwa kesempatan baik tidak akan pernah datang dua kali.
Walhasil pak Arifin memenuhi janjinya, ketika saya menikah, bu Arifin (bu Isis), Ibu Ade Indira Sugondo dan suaminya pak Bambang W Sugondo hadir pada pernikahan saya, termasuk pak Hertriono Kartowisastro yang hadir dan menjadi saksi pernikahan saya, serta istrinya mbak Rani. Dan benar saja bu Arifin,memberikan saya 1 (satu) set corning ware – brand terkenal untuk perlengkapan masak dan masih sering saya pakai sampai dengan saat ini.

Kejadian lain yang tidak dapat saya hapus dari ingatan saya adalah ketika suatu hari dia menelepon saya ke kantor, meminta saya datang ke toko peralatan golf Hari Brothers di Panglima Polim. Saat itu pak Arifin hanya blang “ambil peralatan yang kamu mau, dan kamu harus belajar golf”. Saat itu saya tidak mengerti, tapi hari ini saya mengerti benar kenapa harus belajar golf. Bahkan di kemudian hari beliau juga memberikan 1 (satu) set stick golf untuk suami saya dengan merk dunia terkenal.
Kejadian yang juga masih melekat dalam ingatan saya, ketika pada tahun 2000 saya harus assignment dari ‘drilling company’ ke PT Exspan Nusantara (saat ini dikenal sebagai PT Medco E&P Indonesia). Rasanya…berat sekali kaki saya melangkah pindah dari kantor di Jl. Ampera –Cilandak Jakarta Selatan, ke Menara Bidakara (saat ini kantor kami di the Energy). Sampai suatu hari mbak Cisca menelepon saya, meminta saya ikut makan siang bersama pak Arifin. Selesai makan siang, saya dipanggil ke meja beliau, menanyakan kondisi Exspan, ketika saya menyampaikan tentang perbedaan kultur kerja, pak Arifin hanya menjawab “karena itu Fi, mereka memerlukan fresh blood seperti kamu.” Penafsiran saya saat itu adalah it’s an order dari seorang owner, yang jika saya tidak setuju, tentunya saya harus mengundurkan diri.

Tahun lalu tepatnya Maret 2009, dalam acara dengan Mitsubishi Corporation, pak Arifin memanggil saya dan menyampaikan terima kasih atas kontribusi saya dan team dalam terwujudnya perjanjian antara MedcoEnergi dengan Mitsubishi Corporation, menjadi kenangan lainnya dalam hidup saya.

Sejujurnya, kata-kata pak Arifin bahwa kesulitan yang dihadapi membuat beliau seperti saat ini, hal itu pula yang terpatri dalam diri saya. Tanpa tantangan dan kesempatan yang diberikan oleh pak Arifin dan pak Hertriono, mungkin hari ini saya masih sama dengan diri saya 20 (dua puluh) tahun yang lalu. Ketika saya melihat ke dalam diri saya saat ini, hanya ucapan rasa syukur kepada Allah swt., diberikan kesempatan berkiprah (walau sangat kecil) di lingkungan MedcoEnergi group, dan mendapatkan kesempatan mengenal banyak pejabat Pemerintah, mengenal banyak jajaran Direksi baik Direksi perusahaan swasta nasional maupun BUMN, merasakan bernegosiasi dengan para pejabat MOGE di Myanmar, menginjakkan kaki di kantor pusat Mitsubishi Corporation di Tokyo – Jepang, berkeliling ke banyak negara dari mulai Singapura, Myanmar, Jepang, Eropa, Amerika Serikat baik untuk urusan pekerjaan ataupun untuk mengikuti program pelatihan dan pengembangan diri bersertifikat terkait industri minyak dan gas bumi.

Secara pribadi saya hanya bisa mengatakan “Terima kasih pak Arifin, I really proud of you – you always inspire me to do my best effort in any activities which I have to do. You are one of few people who is the right person and deserve to have Doctor Honoris Causa from ITB. Congratulations pak Arifin, I am sure you never stop seeking the best way for the benefit of many people who always support you to make sure MedcoEnergi shall be a sustainable company in any climate and offcourse for the benefit and welfare of our beloved country - Indonesia”