Selasa, 23 Oktober 2012

Kejutan Kecil Persahabatan Bapak AP di Bulan Puasa 1433 H

Penulis : Fifi Fiana Tanggal : 09 September 2012 Sebenarnya saya terdorong menulis hal ini setelah mengalami “kejutan kecil persahabatan yang membahagiakan”, paling tidak bagi diri saya dan beberapa teman saya ketika awal meniti karir di MedcoEnergi group lebih dari 20 tahun yang lalu. Pada akhir Juli 2012 yang lalu, salah satu teman kerja saya di awal kerja dengan MedcoEnergi Group yang sekarang telah menjadi seorang notaris yang berhasil, mengirimkan “bbm” kepada saya, yang kurang lebih isinya: “Mbak ifi, mau diundang buka puasa bersama oleh mbak Cis minggu depan – kemungkinan awal Agustus, bisa yang mbak.., ditunggu konfirmasinya.” Saya lupa kapan persisnya saya membalas bbm tersebut, tapi inti jawaban bbm saya kepada Runi adalah kesediaan saya untuk hadir pada acara berbuka puasa tersebut. Satu hal yang menggelitik saya untuk berbicara dengan suami saya adalah: 1. Undangan berbuka puasa tersebut tidak disampaikan langsung oleh mbak Cis. 2. Teman yang mengirimkan bbm – Runi, berkali-kali mengingatkan tentang acara berbuka puasa tersebut dan terus memastikan siapa saja yang akan hadir dalam acara tersebut. Dalam pembicaraan dengan suami, saya hanya menyampaikan perasaan saya bahwa yang mengundang berbuka puasa, jangan-jangan bapak Arifin Panigoro, mengingat beliau selalu membuat kejutan-kejutan kecil ke mantan pegawainya yang mempunyai hubungan kerja baik dengan beliau di masa lalu. Singkat cerita, tanggal 06 Agustus 2012 itu pun tiba, yaitu hari Senin, karena acara berkumpul di suatu restaurant di kawasan Kebayoran Baru ditetapkan jam 17.00, maka saya berangkat dari kantor saya di kawasan SCBD Sudirman sekitar jam 16.40, dimana saya mampir ke Office-8 di Jl. Senopati untuk menjemput seorang teman. Ternyata karena jarak yang relatif dekat, maka sebelum jam 17.00 kami sudah tiba di tempat undangan, akhirnya saya dan teman saya kak Lela, memutuskan duduk di mobil sampai dengan jam 17.15 an untuk obrolan ringan pelepas rasa kangen diantara kami berdua. Bisa dikatakan obrolan kami adalah obrolan lazimnya ibu-ibu, yang hanya bercerita seputar anak-anak kami, kegiatan rumah tangga kami dan apa yang kami lakukan dengan uang hasil kerja kami. Sempat kami berdua membicarakan mengenai hand-phone, karena ternyata saya dan kak Lela, bukan penggila gadget. Kak Lela tertawa ketika melihat “bb” saya yang layarnya sudah agak rusak, dan saya pun tertawa, karena ternyata kak Lela – walau mempunyai 2 handphone, ternyata tidak ada satupun yang blackberry. Ketika sedang asyik mengobrol, tiba-tiba telepon kak Lela berdering, ternyata mbak Cis yang menelepon kak Lela. Mbak Cis menanyakan posisi kak Lela, mungkin ada kekhawatiran kak Lela tidak akan datang, karena mbak Cis merasa dirinya lupa memberitahu kak Lela tentang acara buka puasa pada hari tersebut. Sampai akhirnya saya berbicara dengan suara agak lantang “mbak Cis..kak Lela sudah dengan aku…. dengan ifi, kita sudah di depan restaurant…dan sebentar lagi kita masuk ke restaurant koq.” Terdengar dari kejauhan mbak Cis tertawa…., dan akhirnya menyudahi pembicaraan per telepon dengan kak Lela. Setelah kak Lela menutup telepon, saya berbicara kepada beliau :”Kak Lela, koq saya punya perasaan kalau pak Arifin Panigoro akan hadir dalam acara buka puasa ini… Malah…koq saya punya perasaan, acara buka puasa ini sebenarnya undangan beliau…. Soalnya aneh saja, kalau mbak Cis yang mengundang kita semua, koq kenapa yang bolak balik follow up ke kita semua si ibu notaris alias Runi.” Alhasil…sampai kami memutuskan memasuki pintu restaurant, rasa penasaran saya yang saya ungkapkan kepada suami saya sebelumnya dan lalu kepada kak Lela, tetap belum terjawab. Ketika kami berdua memasuki restaurant, ternyata…belum satupun dari +/- 11 orang yang akan hadir sudah datang. Alhamdulillah..tak lama setelah kami berdua datang, tidak lama kemudian mbak Cis dan beberapa teman lain menyusul. Akan tetapi saya merasa heran karena saya tidak melihat Runi muncul, sampai akhirnya saya bertanya ke mbak Cis :” mbak..mana Runi koq belum datang ?”. Mbak Cis sambil tertawa-tawa hanya mengatakan “mungkin dia masih di Jl. J”. Karena rasa penasaran kenapa yang mengatur acara hari itu belum hadir, maka saya bbm Runi, jawaban Runi di bbm sangat singkat “Sebentar mbak…masih nunggu Bapak.” Membaca jawaban Runi, saya langsung menunjukkan bbm tersebut ke kak Lela, saya bilang “koq saya benar-benar punya perasaan kalau pak Arifin Panigoro akan datang ya…, tapi…gak tahu juga deh kak Lela”. Singkat cerita kami mulai berbuka dengan tajil, lalu sekalipun kami telah memesan minuman / juice, tepi….karena melihat di meja lain ada yang pesan minuman durian, kami pun pesan minuman yang sama, dan melupakan bahwa durian mempunyai kandungan gula dan kalori yang tinggi. Bahkan…saking semangatnya berbuka, saya sempat menumpahkan minuman juice, untung saja pihak restaurant sangat sigap dan segera membersihkannya. Ketika sedang asyik-asyiknya kami makan, tiba-tiba saya merasa suasana tiba-tiba hening, ketika saya melihat ke arah pintu, ternyata pak Arifin Panigoro datang, sambil mengatakan “teruskan saja makannya..saya gampang koq, karena nanti pun jam 20.00 saya ada janji dinner dengan orang lain.” Seperti biasa…beliau menanyakan aktivitas kami semua, sampai beliau bertanya “…. jadi…yang masih kerja di Medco siapa?? Tinggal kamu ya Fi??” dengan santun tentunya saya menjawab “iya pak, tinggal saya”, yang lain memang masih bekerja di Drilling Company yang sudah bukan lagi menjadi bagian MedcoEnergi group sejak beberapa tahun terakhir, lalu ada beberapa orang yang sudah benar-benar hanya menjadi ibu rumah tangga karena alasan pensiun maupun berhenti. Yang sangat menyenangkan…seperti menjadi ritual yang harus dilakukan, kami berfoto bersama dengan pak Arifin Panigoro, lalu memanggil penyanyi yang berkeliling dari meja ke meja di fine dining restaurant tersebut, tertawa-tawa seolah-olah kami berada dalam posisi status sosial ekonomi yang sama. Padahal… jelas sekali kami berbeda. Yang seorang pemilik perusahaan, saya sendiri pegawai dari salah satu perusahaan yang dimilikinya, sisanya teman-teman yang pernah mengabdi bersama di perusahaan milik beliau. Hati kecil saya saat itu hanya berkata: “Ya Allah..betapa mulianya pak Arifin Panigoro, berikan beliau usia yang panjang dengan nikmat sehat dan karunia Mu Ya Allah, sehingga beliau terus dapat melakukan kebaikan bagi bangsa ini dalam sisa usia yang Engkau berikan.” Tak terasa, waktu telah menunjukkan lebih dari jam 20.00, lalu kita semua mengingatkan beliau akan janji makan malam beliau dengan seseorang. Tak terduga, sebelum pulang, beliau memberikan kami semua Kejutan Kecil Persahabatan, dimana beliau berbagi hadiah Lebaran dengan kami semua. Saya pribadi tidak melihat dari nilainya, akan tetapi saya menghargai niat beliau bersilaturahim dan berbagi rejeki kepada orang-orang tanpa melihat atribut jabatan dan status sosial ekonomi. Pak Arifin, sejujurnya, kekaguman saya kepada Bapak sebagai seorang entrepreneur maupun sosok Bapak pribadi semakin bertambah. Akhir kata, mudah-mudahan dengan tulisan ini, akan mengingatkan kita semua tentang arti “persahabatan”, tentang arti hidup “down to earth” agar kita selalu bisa menjadi orang yang mensyukuri apa yang kita peroleh dari yang Maha Kuasa, dan berbagi kepada yang lain tanpa syarat, serta menjaga persahabatan sampai kapanpun sekalipun kita telah menjadi orang yang sangat berhasil. Satu harapan saya, semoga kisah ini bisa memberikan inspirasi positif bagi kita semua tentang nilai persahabatan, tanpa pernah melihat status seseorang. Persahabatan selalu dapat membuat kita berbagi dalam banyak hal dan berbagai situasi.