Minggu, 22 Februari 2009

Pemahaman Hemat Energy - suatu ilustrasi singkat dan sederhana

Cinere, 25 Januari 2009
Posting: Facebook dan Blog: FifiFiana.blogspot.com

Saya ingat sekali ketika luasan bangunan rumah kami hanya +/- 100m2 listrik rumah kami berdaya 2200 watt, itu pun…kami saat itu masih merencanakan menaikkan daya listrik ke 3500 watt – 5000 watt.
Mengapa bisa demikian… karena saat itu saya belum mengenal lampu hemat energy; saat itu saya belum terlalu concern terhadap energy yang tidak dapat diperbaharui; saat itu kami sekeluarga msh memakai water heater listrik; saat itu kami masih sangat nyaman menggunakan AC,walaupun..saat itu saya sdh bekerja di perusahaan pengeboran untuk minyak dan gas bumi, bahkan rasanya sampai dengan saya berpindah kerja di dalam group yang sama ke perusahaan E & P, tetap kebiasaan itu masih berjalan.

Jk mengingat masa2 itu..sy sering tersenyum sendiri..karena memakai AC akhirnya setiap pagi kami sekeluarga harus memakai air hangat dari water heater electric untuk mandi.

Sampai suatu hari dengan adanya fasilitas kepemilikan rumah dari perusahaan, kami membangun rumah baru..yang kami harapkan tetap menjadi rumah idaman kami sekeluarga, karena design-na mengikuti keinginan lay-ou ruangan yang ingin kami miliki..dan tentunya kemampuan keuangan kami sekeluarga.

Saat itu ada 2 perdebatan antara saya dan suami yang memerlukan waktu cukup panjang, yaitu..yang pertama, suami menginginkan adanya kolam disekitar ruang tamu, sedangkan saya menginginkan suatu tempat sholat (mushola kecil) yang bisa menampung sekitar 10 orang untuk sholat berjamaah. Karena, sy ingin sekali punya tempat sholat dekat ruang tamu dan menghadap taman serta dekat dengan ruang keluarga, sebagai wujud syukur kami kepada Allah swt dan untuk sll mengingatkan kami utk beribadah. Selain itu untuk memudahkan mereka yang bertandang ke rumah jika ingin ikut sholat.
Akhirnya..kami sepakat ada mushola kecil di rumah dan tidak ada kolam ikan. Beruntungnya..tetangga kami memiliki kolam renang, sehingga..setiap sabtu pagi kami mendengar gemericik air..karena pengisian kolam renang tetangga kami, alhamdulillah..

Yang kedua, yaitu soal AC, suami saya menginginkan ceiling yang tinggi (> 3 m) dan lubang ventilasi yang sangat banyak dan besar2; sedangkan secara kontras..saya menginginkan dipasangnya AC. Akhirnya..lagi-2 meminjam istilah Steven Covey untuk win-win solution kami memutuskan: semua instalasi AC dipasang baik di kamar tidur; ruang keluarga; mushola dan ruang lainnya, untuk water heater ditetapkan diganti dengan GAS. Karena saya takut gas meledak, akhirna unit water heater dipasang di kamar mandi anak2 dan dekat jendela yang terbuka 24 jam; akan tetapi kami akan mulai memasang daya listrik dengan kapasitas 1300 watt.

Sehingga mudah ditebak..saya tdk dapat memasang unit AC dengan segera saat itu, selain itu saya harus memikirkan bagaimana air bisa cukup untu 3 (tiga) kamar mandi yg ada – keputusannya kami harus memasang water-T dengan ukuran paling besar beberapa buah; lalu bagaimana listrik bisa cukup utk bgt banyak titik lampu..akhirnya kami memutuskan harus menggunakan lampu SL (hemat energy) untuk semua titik lampu yang ada.

Hari-hari pertama bangunan rumah jadi..saya tidak pernah mau tidur di bangunan rumah baru tersebut, walaupun scr nota bene bangunannya jauh lbh nyaman dibandingkan rumah kami yang sebelumnya. Akhirnya..3 bulan pertama rumah tersebut jadi (mid 2004), saya lebih sering tidur di kamar rumah lama sendirian yang letaknya berpunggungan dengan rumah kami yang bangunannya bertingkat tersebut. Karena..saya blm dapat melepaskan kenyamanan AC dan TV didalam kamar tidur.

Akhirnya pada satu titik suami saya mengatakan..”Fi..kamu akan bisa beradaptasi jika kamu mau, dan saya akan izinkan kamu pakai kipas angin. Kita coba dulu, baru kamu bisa mengatakan tidak bisa atau tidak sanggup tanpa AC.
Ternyata..dugaan saya salah..saya bisa tidur dengan nyaman, walaupun di kamar tidur kami yang baru tidak ada AC dan TV, akan tetapi suami saya tetap mempertahankan sound system.

Saya pribadi menganggap pindah tinggal ke bangunan baru, seperti reset – mindset saya pribadi kearah yang positif yaitu:
- Tidur tanpa AC..ternyata:
(1) membuat kami sekeluarga lebih sehat, anak2 kami yang dulu kerap kali ke dokter karena alasan batuk flu..sekarang alhamdulillah nyaris tidak pernah batuk flu lagi.
(2) Kami tidak lagi konsumtif air hangat untuk mandi pagi dan sore. Kecuali musim hujan..biasanya kami memakai air panas untuk mandi pagi, karena air kami dingginnya seperti air es, bahkan sampai kran air beruap karena saking dinginnya air tersebut.
- Kami belajar berhemat, jam 4.45 pagi, lampu luar rumah kami matikan, dan kami ganti dengan memasang pompa air..ketikan jam 5.30 sore tiba, maka pompa air kami cabut dan kami ganti dengan menyalakan listrik rumah.
Hal yang positif, kisaran tagihan listrik rumah kami hanya +/- 100 ribu rupiah..alhamdulillah..
- Hal baik lainnya, kami hanya memiliki 2 televisi: 1 (satu) buah televisi yang terhubung dengan suatu TV cable, hanya ada di ruang keluarga di bawah dan 1 (satu) TV lagi di ruang keluarga di lantai atas. Dampak positifnya..kami lebih sering bercengkrama sekeluarga sambil menonton TV bersama dan kami belajar berbagi keinginan untuk tidak egois hanya melihat siaran favourite kami. Positifnya saat ini kami punya beberapa channel TV favourite keluarga yaitu: Discovery; American Idol; Friends; Oprah W; Acara memancing di Trans 7 dan Temehek-mehek

Hampir 5 tahun kami masih bisa bertahan dengan listrik 1300 watt dengan luas tanah sekitar 500m2 dan luasan bangunan sekitar 300m2 dan semoga hal ini dapat kami pertahankan untuk seterusnya.

Cerita di atas adalah bagian dari alasan utama mengapa kita harus hemat listrik yang merupakan langkah hemat energy.

Karena saat ini tugas saya ada memonetisasi gas bumi (termasuk LPG) dan minyak bumi, saya jadi mengerti perbendaan mengembangkan suatu lapangan minyak dan lapangan gas.

Saya sebagai seorang sarjana non teknik, terkaget-2 ketika tahu besaran biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan aktivitas eksplorasi untuk mendapatkan cadangan minyak maupun gas baru. Selain itu untuk mengembangkan suatu lapangan gas hanya untuk mengeluarkan gas sejumlah +/- 50 MMSCFD selama beberapa tahun tertentu memerlukan nilai investasi ratusan juta USD.

Untuk para sarjana elektro dengan mudah dapat menghitung 50 MMSCFD bisa menghasilkan berapa MW listrik, tidak banyak dan belum cukup untuk kebutuhan listrik di Negara kita. Memang..nilai investasi tersebut akan menghasilkan revenue bagi pemerintah melalui (istilah kami di industri migas) adalah government share.
Bahkan semakin remote lapangan gas tersebut berlokasi; semakin tidak adanya jaminan keamanan terhadap pengembangan suatu lapangan gas; semakin kurang baiknya spesifikasi gas yang ada, maka semakin mahal biaya pengembangan lapangan gas. Bisa anda bayangkan biayanya mungkin hampir mencapai 1 milyar USD.

Yang lebih sulit lagi..Indonesia termasuk negara yang mempunyai cukup banyak ‘stranded gas’, kenapa hal tersebut dapat terjadi; karena lapangan gas tidak akan dikembangkan sampai dengan adanya pembeli gas. Dan..biasanya pembangunan infrastruktur lapangan gas dan pembeli gas memerlukan waktu antara 18 bulan s/d 48 bulan, bahkan bisa lebih lama dari waktu itu.
Kebijakan Pemerintah juga hal lain yang membuat para investor di bidang migas maju-mundur untuk mengembangkan lapangan migas mereka.
Membicarakan hal ini seperti melihat suatu mata rantai yang sangat kompleks, karena UU Dasar 1945 secara umum menjelaskan mengenai sumber daya alam dan penguasaannya. Sedangkan di sisi lain Pemerintah juga memerlukan bermitra dengan para investor untuk mengembangkan lapangan-2 yang terkait dengan minyak dan gas bumi, tidak hanya untuk mendapatkan revenue bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, akan tetapi juga bagaimana Pemerintah dapat memastikan lapangan-2 tersebut dikelola dengan baik. Hal tersebut tidak hanya memerlukan serentetan peraturan yang bijak dari pemerintah, akan tetapi juga memerlukan perilaku yang bijak bagi semua pelaku bisnis di bidang minyak dan gas bumi.

Ilustrasi yang sangat singkat itu, paling tidak akan memberikan kita gambaran betapa kita semua harus bisa memanage dengan baik tidak hanya diri dan keluarga kita, akan tetapi juga sumber daya alam Indonesia di bidang minyak dan gas bumi secara arif dan bijaksana, karena lagi2 minyak dan gas bumi adalah sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar