Senin, 06 April 2009

Realita PEMILU 2009 dari sudut pandang seorang warga Negara

Cinere, 6 April 2009
Oleh Fifi Fiana
Posting: Facebook – Fifi Fiana dan Fififiana.blogspot.com

Jika teringat PEMILU 5 (lima) tahun yang lalu, saya selalu tersenyum sendiri, karena saat itu sudah mulai adanya pemilihan calon anggota legislatif, yang rasanya tidak terlalu saya kenal, bahkan mungkin memang tidak saya kenal sama sekali.

Tak akan saya lupakan bingungnya saya ketika akan memberikan hak pilih saya saat itu, yang akhirnya mendorong saya memulai dengan basmalah (karena saya seorang muslim) dan kemudian saya hanya melanjutkan dengan do’a yang kurang lebih isinya sbb: “Ya Allah hari ini sebagai seorang warga Negara Indonesia, akan kugunakan hak pilihku untuk memilih wakil rakyat yang berintelektual tinggi, mempunyai integritas, dan mengutamakan kepentingan umum secara objektif di atas kepentingan pribadi dan kelompok. Ya Allah, jika orang yang aku pilih ini ternyata tidak dapat menjalankan amanah bangsa dan Negara ini, berilah petunjuk yang dapat terlihat di muka umum bahwa wakil rakyat tersebut melakukan suatu kesalahan fatal.”
Setelah itu saya gunakan hak pilih saya 5 (lima) tahun yang lalu.

Akan tetapi situasinya pada bulan April 2009 ini sangat berbeda. Keinginan memilih anggota legislatif nyaris tidak ada. Bukan karena kami sekeluarga tidak ingin menggunakan hak pilih kami. Akan tetapi kami sekeluarga sudah mencoba untuk mendaftarkan diri sebagai pemilih. Sangat disayangkan, ketika beberapa bulan yang lalu saya meminta suami mendaftar ke pak RT yang nota bene adalah teman kami sendiri, jawabannya sangat sederhana – tapi akibat jawaban beliau membuat cara pandang kami atas sistem penyelenggaraan PEMILU sangat berbeda.

Ketika suami saya akan mendaftarkan kami sekeluarga pada awal tahun 2009 yang lalu,jawaban yang kami terima dari ketua RT adalah: “Bapak sekeluarga sudah terlambat untuk mendaftarkan diri sebagai pemilih tetap dimana Bapak ingin memilih di tempat ini. Pendaftaran terakhir adalah tanggal 15 November 2008” Jawaban tersebut mematahkan niat kami untuk menggunakan hak pilih kami sebagai warga Negara Indonesia yang baik. Bahkan membuat suami saya sebagai seorang kepala keluarga terpana.

Karena situasi tersebut, akhirnya saya mengajukan proposal kepada suami untuk pergi ke Bandung, pertama adalah untuk pergi berobat ke dokter (seorang Professor) di Bandung dimana dalam 3 (tiga) bulan sekali saya harus melakukan kontrol dengan Professor tersebut, yang kedua untuk menengok ayah dan ibu mertua kami.
Suatu kejutan, ketika saya melihat kalendar, ternyata tanggal 10 April adalah hari Libur Nasional terkait dengan Jum’at Agung – yang merupakan salah satu hari keagamaan umat Kristiani.
Tentunya bisa ditebak selanjutnya, saya mengajukan sekalian berlibur long week-end di Bandung.

Hal lain yang sebenarnya membuat saya sedikit apatis adalah melihat bagaimana para calon legislatif tersebut menggunakan dan menghalalkan segala cara untuk berkampanye. Ada yang menyebutkan ia sebagai ayah dari seorang penyanyi terkenal, ada pula yang mengaku dari menantu seorang tokoh terkenal dan istri dari Bapak “X”, dll..dll..

Kemudian hal aneh lainnya adalah betapa banyaknya golongan usia yang sangat muda, yang belum kita ketahui wawasan berpolitik, bernegara dan berbangsanya,sudah mengajukan diri sebagai calon legislatif (“CALEG”).

Pertanyaan sederhana muncul dalam diri saya, “apakah kita yakin bahwa mereka tidak akan tergoda dengan iming-iming kedudukan, dengan lembaran mata uang asing, dengan fasilitas rumah mewah, uang rapat, kiriman tiket berlibur dan lain-lain?”

Apakah mereka yang ikut dalam pemilihan CALEG tersebut secara asset dan keuangan sudah termasuk golongan yang cukup mapan jika kita tidak mau mensyaratkan sangat mapan. Menurut saya – secara jujur, ketika kita mencalonkan diri sebagai CALEG, seharusnya paling tidak kita sudah cukup mapan secara ekonomi, sehingga kita tidak terdorong dalam permainan politik ekonomi nantinya termasuk tidak erlibat dalam ‘money politic’. Rasanya jika kita sudah memiliki rumah minimum 1 (satu) atau 2 (dua) rumah yang cukup representative walaupun letaknya jauh; kita mempunyai beberapa tanah; sudah mempunyai kendaraan pribadi dimana salah satunya bisa dipakai secara ‘full time’oleh kita tanpa mengganggu aktivitas anggota keluarga lainnya. Memiliki sedikit tabungan untuk keluarga, juga aktif dalam interaksi sosial, memiliki pengetahuan politik makro yang cukup dan memiliki kekuatan analisa dalam bidang tertentu, terlebih jika disertai keunggulan kompetitif maupun keunggulan komparatif lainnya yang tidak mengandalkan orang lainnya. Memiliki idealisme moderat memajukan bangsa Indonesia. Rasanya…mungkin orang seperti itu agak tepat untuk menjadi CALEG masa kini dari suatu Negara kepulauan Indonesia.

Jika dalam masa tenang ini kita selalu mendengar banyak warga Negara Indonesia yang tidak menggunakan hak pilihnya pada tanggal 9 April 2009 yang akan datang, bahkan memilih berlibur panjang dengan keluarga, sejuurnya, saya dan keluarga adalah salah satu diantaranya.
Akan tetapi bukan karena kami ingin berlibur semata, kami sudah mencoba mendaftar, sangat disayangkan upaya kami sia-sia, karena walaupun masih awal bulan Januari 2009 saat itu, sikap proaktif kami untuk mendaftar sebagai pemilih tetap telah diabaikan oleh sistem yang ada.

Hari ini, hanya suatu do’a yang lagi-lagi dapat kami panjatkan kepada Nya, yaitu:
- Agar Pemilu 2009 berjalan lancar dan damai, baik pada tanggal 9 April 2009 maupun setelah tanggal tersebut.
- Agar CALEG yang terpilih dapat menjalankan amanah bangsa dan Negara Indonesia dengan baik untuk 5 (lima) tahun ke depan
- Agar para CALEG terpilih nantinya bisa menjadi Professional, yang berani mengatakan tidak tahu ketika mereka benar-benar tidak mengerti akan suatu bahasan tertentu; berani untuk mengeluarkan biaya pribadi untuk terus mengasah tingkat intelektualitas mereka melalui jalur pendidikan resmi; serta mau melakukan coaching & counseling politik sesuai dengan bidang yang sangat dikuasai oleh mereka.
- Agar CALEG terpilih tidak saja bersikap sebagai manager akan tetapi juga sebagai leader yang memiliki integritas tinggi
- Agar CALeG terpilih nantinya termasuk orang yang patut menjadi role model yang baik bagi bangsa dan Negara Indonesia.

Saya secara ribadi yakin, realita ini tidak hanya dihadapi oleh saya sekeluarga, akan tetapi oleh banyak warga Negara Indonesia lainnya. Dan tentunya, tidak akan pernah ada kata “tamat” bagi kita semua untuk belajar berbangsa dan bernegara sehingga Pemerintahan dapat memenuhi minimum ekspektasi rakyatnya dan ekspektasi para Negara stake-holder lainnya dalam sistem politik dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar